Di dalam perusahaan, ada berbagai jenis biaya yang diperlukan, salah satunya biaya overhead. Meski biaya ini tidak berkaitan langsung dengan produksi, tetapi biaya ini tetap penting untuk dianggarkan demi kelancaran operasional perusahaan. Keuangan menjadi aspek penting dalam berjalannya operasional perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui setiap jenis biaya yang diperlukan serta cara perhitungannya, agar operasional dapat berjalan dengan lancar.
Definisi Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke produk tertentu, tetapi tetap menjadi bagian penting dari biaya produksi, sebagaimana dikutip dari buku Penganggaran Perusahaan, Asep Mulyana, dkk., (2024:65). Biasanya biaya ini tidak terkait secara langsung dengan sebuah produk. Meski tidak terkait secara langsung, tetapi keberadaan biaya ini sama pentingnya dengan biaya bahan baku dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, jenis biaya ini kerap disebut dengan biaya tidak langsung. Tanpa adanya biaya ini, maka produksi akan sulit dilakukan.
Contohnya, saat perusahaan akan memproduksi suatu produk, tentu akan membutuhkan listrik dan gedung. Biaya listrik dan biaya gedung ini termasuk ke dalam biaya tidak langsung. Selain itu, biaya overhead juga bisa didefinisikan sebagai seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang tidak dapat diidentifikasi pada produk. Jadi bisa disimpulkan bahwa biaya overhead adalah biaya produksi tidak langsung.
Tujuan Biaya Overhead
Sebagai salah satu biaya yang penting dalam perusahaan, terdapat sejumlah tujuan dianggarkannya biaya overhead ini. Dikutip dari buku Anggaran Operasional Perusahaan Manufaktur, Vincentia Wahju Widajatun, dkk., (2021:76), berikut adalah berbagai tujuan dari adanya biaya overhead pabrik:
- Menentukan harga pokok produksi yang lebih akurat.
- Membuat efisiensi biaya yang dikeluarkan dari perusahaan.
- Pembebanan biaya sesuai alokasi dengan divisi masing-masing.
- Monitoring terhadap biaya yang dikeluarkan agar tepat sasaran.
Dengan berbagai tujuan tersebut, adanya anggaran untuk biaya overhead pabrik sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam menyusun anggaran harga pokok produksi atau cost goods manufactured budget. Selain itu, bisa juga untuk mengatur anggaran harga pokok penjualan (cost of goods sold budget) dan anggaran kas (cash budget).
Cara Perhitungan Biaya Overhead
Dalam menentukan biaya overhead, terdapat cara perhitungan yang bisa diterapkan. Perhitungan tarif ini menjadi langkah terakhir dalam menentukan biaya yang diperlukan. Tarif dari biaya tidak langsung dihitung dengan membagi total anggaran biaya overhead pabrik dengan dasar pembebanan yang dipilih. Contohnya, jika dasar pembebanan adalah jam kerja langsung, maka tarifnya per jam kerja langsung dihitung dengan rumus sebagai berikut,
Tarif Biaya Overhead Pabrik = Anggaran Biaya Overhead Pabrik / Total Jam Kerja Langsung
Dikutip dari buku Penganggaran Perusahaan, Asep Mulyana, dkk., (2024:71), jika anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp120.000.000 dan total jam kerja langsung yang diharapkan adalah 24.000 jam, maka tarif biaya tidak langsungnya adalah Rp5.000 per jam kerja langsung. Contoh lainnya adalah sebuah perusahaan menetapkan anggaran dari biaya overhead pabrik sebesar Rp120.000.000 dengan kapasitas praktis 100% berdasarkan 24.000 jam kerja langsung, kapasitas normal 80%, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah 70%. Lantas, berapa tarif yang diperlukan sesuai masing-masing kapasitas?
Tarif Kapasitas Praktis = Rp120.000.000 / 24.000 jam = Rp5.000 per jam.
Tarif Kapasitas Normal = Rp120.000.000 / 19.200 jam = Rp6.250 per jam.
Tarif Kapasitas Sesungguhnya = Rp120.000.000 / 16.8000 jam = Rp7.143 per jam.
Melalui penganggaran biaya yang tepat, maka biaya overhead pabrik dapat ditentukan sesuai kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami jenis biaya ini dengan baik dan melakukan perhitungan yang matang.